Semalam dalam perjalanan pulang dari Kantor, aku mendengar siaran radio Smart FM, pembicaranya Jansen Sinamo. Pas aku ikutin, siarannya udah menjelang selesai. Namun tema yang ketangkep adalah KEMERDEKAAN, KEBEBASAN. Bagaimana manusia sebenarnya selalu bisa memilih walau dalam whatever condition. Victor Frankl pernah bilang "the last of the human freedoms is to choose one's attitude in any given set of circumstances, to choose one's own way", yang arti ringkasnya bahwa "kebebasan memilih dalam situasi apapun merupakan kebebasan terakhir dari manusia". Sebagai catatan, Victor Frankl adalah seorang Psikiater yang pernah melalui siksaan di camp Nazi yang tak manusiawi itu and he survived!! Stephen R. Covey-nya Seven Habits of Highly Effective People juga pernah ngomong di bukunya "Between stimulus and response, there lays our freedom to choose".
Kalo kita amatin anak-anak, they naturally always choose joy, mereka selalu secara alami memilih kesenangan. Aku pernah membawa anakku ke kolam renang, yang ternyata lagi dibersihkan. Karena pool entry management yang jelek, tidak ada pemberitahuan di depan sehingga aku udah sempat bayar karcis masuk. Perasaannya kok sepi ya, serasa private pool nih!! Ternyata... kolam sedang dibersihkan; airnya masih ada cuman ada seorang petugas yang sedang menyedot kotoran di kolam. Aku merepet tak karuan sedangkan anakku yang masih 6 tahun itu langsung membuka kimononya (kami punya kebiasaan langsung pake swimsuit berlapis kimono dari rumah agar begitu nyampe bisa nyebur, gak perlu acara ganti-ganti hehehe...).
"Yuk, Mama, nyemplung!" serunya. "Idih, lagi dibersihin tuh, emoh ah. Kita pulang yuk!" responku. "Gak mau, ke kolam anak aja, kan lagi gak dibersihin!" ajaknya lagi sambil menunjuk kolam anak yang emang belum giliran dibersihin namun gile, aku udah terlanjur jijay, tuh kolam gak bersih, kalo gak mau dibilang kotor.
Sebelum aku merespon lagi, anakku udah nyemplung ke kolam anak, sibuk mengibaskan air ke sana ke mari. Dengan terpaksa aku turun sambil terus ngedumel. Lalu aku sibuk mensurvei sampah di kolam, dari daun sampai jenazah bugs (kebayang kan gelinya). Saat aku mensurvei, anakku dengan riangnya ber-teriak2 dan ngajak maen. Aku lebih sibuk menjadi tenaga survei kebersihan kolam daripada nemenin anakku maen. Terakhir capek sendiri, aku duduk di tepi dan mengamati anakku. How can she be happy in such condition? Merasa kuamati, anakku menatapku, dan memberi senyum ter-fun yang pernah kulihat. Dia udah menjawab pertanyaanku. She can be happy in such condition coz she choose to. Ngedumel tidak memberi apa-apa, selain rasa gak enjoy. Naturally kids understand this although teori-teorinya mereka mah gak tau; they just act, they just be happy, and there they are... getting all the joy!! Aku tersenyum balik dan langsung bergabung maen dengan dia. Jorok? Bagiku ya tetap jorok tapi I CAN CHOOSE a better way to act on it, toh? Merusak mood anakku dengan teori higienitasku ATAU maen bareng even for only a while then move on to the next fun pool.
Kami maen rusuh2, fun & joy, kemudian membersihkan diri bentar lalu pindah ke kolam renang di tempat lain. Double pay sih tapi never mind deh, in the name of choosing to be fun than to be ngedumel hehehe... (Btw, sebenarnya bisa klaim sih, tapi gara2 terlalu fun jadi gak kepikir hehehe...) Itu hanya contoh sangat sederhana in daily life. How about a more complex one? Coming up...
No comments:
Post a Comment