Kuberitahu satu rahasia padamu, Kawan. Buah paling manis dari berani bermimpi adalah kejadian-kejadian menakjubkan dalam perjalanan menggapainya (Maryamah Karpov, Andrea Hirata, hal 433)



Showing posts with label Love. Show all posts
Showing posts with label Love. Show all posts

Sunday, May 8, 2011

Mother's Day

Sepertinya Hari Ibu ada di Mei, ada di Desember. Semalam putri saya membuatkan sebuah kartu, kertas tepatnya, Kertas Ucapan Selamat Hari Ibu, yang dia kerjakan di sekolah, menggunakan kertas HVS, hiasan kuda-kuda, tanda cinta, bunga, bintang, kemudian dilipat berbentuk amplop, berikut 'segel' hasil lipatan dari kertas origami. Dengan tersenyum-senyum, diberikannya kepadaku sewaktu aku pulang dari Kantor. Terima kasih, Sayang... Mommy mencintaimu, sangat... :)

Mother's Day is in May, in December. Yesterday my daughter made me a card, actually a paper, A Happy Mother's Day Paper, that she made at school, using HVS paper, accessories such as horses, love, flowers, stars, then she folded it like envelope, sealed it with a creation from origamy. With smile, she handed it to me when I was back from office. Thank you, Honey... Mommy loves you, very much... :)

Fun Time_Assembled Honey Room3

Sekali ini putriku menyusun sendiri tanpa bantuanku. Ruang dapur. Selamat bermain, Sayang...

This time my daughter assembled it by herself without my help. The kitchen. Happy playing, my dearest...

Sunday, April 3, 2011

Fun Time_Assembled Honey Room2

Dua minggu lalu aku & putriku menyusun 3D Puzzle dari Cubic Fun edisi Honey Room berupa ruang tidur dalam waktu 1,5 jam. Pagi ini kami menyusun yang ruang tamu dalam waktu 1/2 jam, kemajuan yang baik hehehe...

Setelah selesai, kami memadukan dengan ruang tidur yang sebelumnya. Cute deh! Berikutnya incaran kami adalah dapur atau kamar mandi. Moga-moga koleksinya bisa komplit!

Sebagaimana sebelumnya, waktu yang kami habiskan bersama mengerjakan ini selalu menjadi momen berharga. Aku amat menikmatinya & sepertinya putriku juga :)

Two weeks ago, I & my daughter assembled the 3D Puzzle Honey Room edition from Cubic Fun, that is the bedroom, in 1.5 hours. This morning we worked on the living room and finished it in just 1/2 hour, good progress hehehe...

After finished it, we combined it with the previous assembled bedroom. Cute! Next, we have aimed to either the kitchen or the bathroom. Hope the collection will be completed!

As before, the time we spent together working on this is always a priceless moment. I enjoy it very much & seem so does my daughter :)

Sunday, March 27, 2011

What is Called Love? - Part 2

I've learned that you can't make someone to love you.
All you do is be someone who can be loved.
The rest is up to them.

I've learned that no matter how much I care,
some people just don't care back.

I've learned that it takes years to build up trust,
and only seconds to destroy it.

I've learned that it's not what you have in your life,
but who you have in your life that counts.

I've learned that you can get by on charm for about 15 minutes.
After that, you'd better know something.

I've learned that you shouldn't compare yourself to the best others can do,
but to the best you can do.

I've learned that you can do something in an instant,
that will give you heartache for life.

I've learned that it's not what happens to people that's important,
it's what they do about it.

I've learned that no matter how thin you slice it,
there are always two sides.

Time waits for no one.
Yesterday is history.
Tomorrow is a mystery.
Today is a gift, that's why it's called the present.

So don't wait... just love...

Thursday, March 24, 2011

What is Called Love? - Part 1

Saat sedang merapikan berkas di kamar, kulihat ada kertas-kertas lama berisi kalimat bijak, nice quotes, cerita maupun puisi menarik. Hardly remember where I got this all. Ini ada satu yg quite interesting, berjudul "What is Called Love?", berisi opini ringkas tentang "apakah cinta itu?". No need to 100% agree to it, you can freely have yours ;)

They who dislike it, called it as responsibility.
They who play on it, called it a game.
They who do not own it, called it a dream.
They who love it, called it destiny.

God knows what's the best.
He'll give difficulties to test us.
Sometimes He hurt our heart, so His wisdom can be deeply planted.

If we loose love, there must be a reason behind it.
Reason that's sometimes hard to be understood but we still have to believe that when He takes away something, He's ready to give something better.

If we want to run, let's learn to walk first.
If we want to swim, let's learn to float first.
If we want to be loved, let's learn to love first.

Sunday, March 20, 2011

Fun Time_Assembled Honey Room1

Bermain DIY (Do It Yourself) dengan anak adalah salah satu pilihan menarik bagiku. Sekali ini kami memilih 3D Puzzle dari CubicFun, yaitu 63 potongan karton dengan kualitas cukup baik yang nantinya dipasang menjadi sebuah ruangan. Ada 4 pilihan: ruang tidur, ruang tamu, dapur, dan kamar mandi. Dengan harga Rp 60.500/kotak, kami putuskan untuk mencoba 1 kotak dulu dan pilihan putriku jatuh pada ruang tidur Honey Room.

Berhubung kami berdua bukan ahli dalam kerajinan tangan, kami butuh waktu sekitar 1,5jam pagi ini untuk memasang sampai jadi. Tidak terlalu buruk dan kami putuskan bulan depan akan membeli 'ruang' lainnya dan putriku sudah mengincar ruang tamu :)

Aku selalu menyenangi waktu mengerjakan suatu 'proyek' dengan putriku. Kebersamaan di tengah kesibukan sehari-hari merupakan momen yang sangat berharga dan saat berkarya bersama, banyak pesan edukasi yang dapat disampaikan dalam suasana & cara yang asyik. DIY ini mendidik kami berdua akan ketelatenan & kesabaran dan lebih dari segalanya... menghadiahkan momen berharga untuk Ibu & Anak :D

Working on DIY (Do It Yourself) is one of the interesting things for me to do with my daughter. This time we chose 3D Puzzle from CubicFun; those are 63 pieces of good quality carton to be assembled to a room. There are 4 choices: bedroom, living room, kitchen, and bathroom. With a price of Rp 60.500/box, we decided to try 1 box first and my daughter's choice was the bedroom called Honey Room.

Since both of us aren't experts in handycraft stuff, we needed 1.5 hours to finish this. Not to bad and we decided to buy another one next month and my daughter has aimed on the living room :)

I always enjoy the time working on a 'project' with her. The togetherness within daily busy time is a very precious moment and when working together, lots of educational messages can be given in a fun time & fun ways. This DIY teach both of us perseverance & patience and well, most of all... gifting such precious moment for Mother & Daughter :D

Tuesday, November 23, 2010

In Memoriam...Shan - Part II

Tgl 24 Agustus 2009, tepat 9 tahun Shan yang kukasihi meninggalkan dunia di usia 13 tahun kurang 3 bulan karena penyakit tua. Penyakit tua di usia 13 tahun? Yup, karena Shan adalah seekor anjing yang di usia 13 tahun berarti usia 91 tahun usia manusia (1:7), usia maksimal seekor anjing.

Shan lahir tgl 10 Nop'87, bukan jenis anjing turunan yang wah wah, dia hanya seekor anjing biasa, berukuran sedang (sekitar 10 kg), berbulu hitam putih, makan nasi dengan sayur + lauk seperti kita, bukan Pedigree or something special for dogs. Tapi yang paling wah darinya adalah kesetiaannya. Shan membuktikan padaku bahwa dogs memang human's best friend. Their loyalty, faithfulness is certainly & surely undoubtedly!

Shan merupakan pemberian dari adik Papa, yang diberikan kepada kami sejak Shan baru berusia beberapa hari. Shan merupakan anak ke-4 dari 4 bersaudara (Ying, Hei, Pai, Shan). Abangku memilihnya karena kasihan melihatnya selalu tidak kebagian susu saat disusui ibunya, Wan. Keempat baby dogs itu berebut dan Shan selalu tidak kebagian, tapi tetap mencoba menyusup masuk walau gagal. Abang saya fall in love dengan Shan saat itu juga. Ketika dibawa pulang ke rumah, aku langsung jatuh hati padanya, menyayanginya seperti orang menyayangi jiwanya sendiri.

Pada awalnya Mamaku tidak menyukai Shan karena memang beliau tidak pernah menyetujui kami memelihara hewan di rumah. Hal ini berlangsung beberapa waktu sampai suatu malam, hujan turun dengan derasnya. Shan yang tidur di lt. 3 tempat menjemur pakaian menangis meraung-raung. Shan memang tidak kena hujan namun hujan waktu itu sangat lebat disertai guntur, membuatnya yang masih kategori 'anak-anak' menjadi ketakutan. Aku dan Abang khawatir sekali dan malam itu Mama mengizinkan kami membawanya masuk. Shan dalam keadaan gemetar, shock kalau boleh dibilang. Sejak malam itu dan sampai akhir hayatnya, Shan trauma dengan suara guntur & hujan deras. Namun efek samping yang sangat penting adalah sejak malam itu pula, bermula dari rasa iba dan bersalah, Mama mulai jatuh hati dengan si hitam putih ini….

Jadi sekarang, Shan mendapat limpahan kasih sayang dari kami semua, Papa, Mama, Abang, dan khususnya aku yang paling dekat dengannya, bahkan Shan tidur di kamarku dalam keranjang bulat beralas kain kuning, dengan mainan King Kong kesayangannya, yang diberi nama King King. Kenanganku terhadapnya (bahkan sampai saat ini) bisa membuatku tetap terharu. Setiap aku akan berangkat sekolah (Shan mendampingiku dari aku SMP sampai aku kerja) Shan selalu mengantarkanku sampai di depan rumah. Kebetulan orangtua membuka Kedai Sampah (yang menjual sembako dll), maka Shan akan di bawah, menemani orangtua berjualan sampai aku pulang sekolah. Shan akan segera menyambutku dan menemaniku selama aku di rumah. Kalau aku keluar rumah, Shan akan berada di toko, menjaga toko sambil menungguku pulang. Pokoknya hari-hariku di rumah, pasti Shan akan menemani. Kami senang bermain kejar-kejaran, dia akan berpura-pura menggeram kemudian menggigitku ringan. Juga bermain lempar & tangkap bola atau King King. Atau sekedar berbaring di dekatku ketika aku sedang membaca buku atau mengerjakan tugas sekolah atau belajar.

Yang paling dibenci Shan adalah mandi; ‘penderitaan’ yang harus dilakoninya setiap hari Minggu pagi di tempat menjemur pakaian di lt. 3. Biasanya selesai mandi, dia harus berjemur biar kering dan aku menungguinya di dalam. Setelah sekian waktu, dia akan memulai ritual “kasihani aku dong”, dengan beringsut-ingsut 10 cm setiap gerakan menuju dalam, yang mana kalau kutegur, dia akan mundur hanya 5 cm, sampai akhirnya dia ada di depan pintu, memasukkan hidungnya yang basah di antara kawat pintu, dan memandangku dengan mata yang super sayu, lalu senjata pamungkasnya yaitu bunyi-bunyian mendayu yang dia keluarkan (cukup kecil untuk tidak menjengkelkanku yang sedang membaca namun cukup kuat untuk membuatku iba). Semakin lama dia berbuat begitu, maka biasanya rasa ibaku akan membuatku mencari hair-dryer sehingga bulunya lebih cepat kering dan dia bisa lebih cepat masuk kembali ke dalam.

Shan paling suka makan bakso lembu dan ikan gembung goreng yang dicampurkan ke nasi putihnya. Kalau dia ultah (yup, kami rayakan!) dua menu ini adalah menu wajib. Kalau Shan merasa tidak enak badan, dia akan ke lt. 3 tempat menjemur pakaian, di sana ada dedaunan yang aku sendiri tidak tahu namanya. Dedaunan itu akan dilahapnya dan she'ld soon recover. Aneh, kok dia tahu dedaunan itu bisa jadi obat ya? Back to her traumatic, kalau hujan deras disertai guntur, di dalam kamarku Shan akan sembunyi di kolong tempat tidurku, di sudut paling dalam. Aku akan menariknya keluar dan membiarkannya tidur bersamaku di tempat tidur. Sedekat itu? Yup, I deeply felt she is part of me, flesh & soul.

In Memoriam...Shan - Part I

Kalau aku dan Mama keluar di hari Minggu, Shan tinggal di rumah dengan Papa dan Abang, dengan makan malam yang telah kusiapkan untuknya. Namun Shan selalu menungguku pulang, baru dia bersedia makan (bisa sampai malam!); bujukan Papa atau Abang takkan mempan, dia akan bertahan menungguku! Yang paling menyentuh hatiku adalah saat aku tamat SMA dan ke Medan untuk kuliah D-1. Aku pulang seminggu sekali, setiap hari Sabtu. Pada minggu I aku pergi, Shan depresi, tidak makan selama seminggu, hanya minum saja. Saat aku pulang, dia menyambutku dengan riang dan makan dengan lahap. Mama menggeleng-geleng, “Dia sudah seminggu tidak makan, menunggumu” (bahkan saat aku sedang menulis ini, aku menangis memikirkannya). Aku berbicara padanya, memberi pengertian karena hari Senin pagi aku sudah harus kembali ke Medan dan seterusnya hanya seminggu sekali kami akan bertemu. Shan mengerti dan dia tidak mengulang hal ini lagi. Setahun kemudian aku diterima bekerja di sebuah bank di kotaku sehingga aku tidak ke Medan lagi. Aku kembali bisa berkumpul dengan Shan.

Di usia 11 tahun, di perutnya ada tonjolan kecil yang ternyata semakin lama semakin besar. Kami tidak berani membawanya ke dokter karena usianya sudah tergolong renta untuk anjing. Mama teringat dedaunan di lt. 3 yang biasanya dimakannya kalau sedang tidak enak badan. Aku menumbuknya untuk kemudian kutempelkan ke perutnya. Tonjolan itu tidak berkurang namun setidaknya tidak bertambah besar lagi dan Shan tidak kelihatan kesakitan.


Di tahun 2000, tonjolan itu mengeluarkan nanah dan bau busuk. Shan menolak tidur di kamarku. Aku yakin karena dia tidak mau menggangguku dengan bau busuk itu. Luar biasa bagaimana seekor anjing bisa menjaga tuannya sedemikian rupa. Shan tidur di ruang tamu, mulai rabun, mulai lemah…

Di tgl 20an Agustus 2000 aku menemani Mama yang hendak operasi ke Penang dan saat sebelum berangkat ke airport Medan, aku mendekatinya yang sedang terbaring. “Tunggu aku pulang ya, I really, really love you…” Shan menatapku, mengedipkan matanya seperti hendak berkata “I love you, too”. Kuelus kakinya, kuelus tubuh lemahnya, kuelus telinganya, kukecup keningnya. “Bye bye, wait me home. I love you,” kuulangi lagi kata-kataku. Dan ternyata itu adalah terakhir kalinya aku melihatnya…

Thanks God, operasi Mama tgl 23 Aug'00 berjalan lancar. Tgl 24 Aug'00 pagi aku menelepon ke rumah, diangkat Abangku. “Shan telah pergi”, itu kalimat pertamanya. Aku terbengong, tak percaya. Setelah sekian detik diam, dengan gemetar aku bertanya, “Bagaimana bisa? Kapan?" “Tadi malam setelah jam 12, aku mendengar gonggongan kecil jadi aku segera keluar dari kamar dan mendekatinya. Dia menggonggong sekali lagi, kemudian diam…” Aku tidak sanggup ngomong apapun, Abangku menyambung “Aku sudah membungkusnya dan menaruhnya di dalam kotak, Bibik nanti yang akan mengurusnya.” Aku masih terdiam, kemudian dengan tangis yang kutahan, aku berbicara “Ingat, taruh King King dan kain kuning kesayangannya bersama…” Aku segera meletakkan telepon. Kembali ke kamar tempat Mama dirawat, aku duduk di sampingnya. Mama sedang bercerita ini dan itu, mendadak menyadari aku yang diam. “Ada apa?” Aku hanya sanggup mengeluarkan 3 kata sebelum ke kamar mandi dan menangis “Shan sudah tiada.”

Shan pergi tepat saat memasuki tgl 24 Aug'00, sementara operasi Mama adalah tgl 23 Aug'00, Shan sepertinya hendak memastikan Mama baik-baik saja, kemudian dia baru 'pergi'. Aku sempat bertanya-tanya kenapa dia tidak 'mematuhiku' untuk terakhir kalinya, setidaknya menungguku pulang, dan ‘mengantarkannya’? Perlahan aku mengerti, Shan yang mencintaiku, menyayangiku, mengertiku… Dia ingin aku mengenangnya saat hidup, tidak melihatnya saat dia pergi sehingga di kenanganku yang muncul tetap dia yang ceria, dia yang hidup…

Sekarang, 9 tahun telah berlalu… Sepanjang aku menulis ini, aku menangis. Rasa kasih & cinta bisa begitu mendalam, begitu membekas, begitu dahsyat. Aku sudah menerima kepergiannya namun ada saat-saat tertentu aku seolah-olah bisa mencium bau badannya yang khas… apakah Shan mengunjungiku?

I love you, Shan, time can't take this away… You will always have the special place in my heart. Whenever it beats, it also beats for you, forever…

Shan (10 Nop'87 – 24 Aug'00)

My Private Dinner

Sometimes it’s good to take a break, just alone, taking meal you want, reading book you like…

Pulang kerja aku singgah di salah satu resto makanan Jepang, just by myself, duduk di depan conveyor belt, having my private dinner, ditemani The Tenth Circle nya Jodi Picoult.

First plate jatuh ke Jo Unagi Sushi, yaitu sushi jenis nigirizushi (rice sushi yang dibentuk dengan telapak tangan hingga memanjang, diikat rumput laut, dan diberi topping) ber-topping unagi/eel/belut yang telah di-grill. Lezat habis!!


Next, seiring datangnya Iced Ocha (minuman teh khas Jepang berwarna hijau bening), juga sepiring Chuka Wakame, yaitu rumput laut yang dingin, gurih, & tentu saja nyummy!!


My private dinner kututup dengan sepiring Sanshoku Salmon yang berisi 3 rice sushi yang dibalut daging ikan salmon mentah, yang di atasnya ditaburi fish roe/telur ikan warna hijau, hitam, & merah.

Meanwhile, The Tenth Circle sudah terbaca 3 halaman di adegan di mana Trixie Stone, putri tunggal Daniel Stone, menghilang setelah melihat ayahnya yang lembut mendadak menjadi beringas dan menghajar Jason Underhill, bekas pacar putrinya, sampai babak belur. By the way, this novel is one of my recommended Jodi Picoult’s novels. Ingin sambung membaca sambil makan namun apa daya lambung sudah penuh. So, seems it’s time to go home…

Memberi hadiah pada diri sendiri in simple way such as treating yourself a nice dinner plus a nice novel as friend, is an expression of how you want to love yourself. Have a nice day!