Akhirnya aku selesai membaca novel kategori #1 New York Times Bestseller setebal 951 halaman ini saat libur Lebaran 2009, dengan posisi two thumbs up, memang layak sekali jadi Best Novel of the Year (versi Friend of the Library USA). Kemampuan Wally Lamb, sang pengarang, membawa pembaca hanyut dalam beban yang diemban si tokoh utama, Dominick Birdsey yang harus menjaga saudara kembarnya, Thomas Birdsey yang menderita skizofernia, yang merasa menjadi utusan Tuhan sehingga dia memutilasi sendiri salah satu tangannya dalam kesadaran penuh di sebuah perpustakaan, demi misi mulianya untuk menghentikan semua perang di dunia. Pengolahan dan penggambaran karakter setiap tokoh dalam cerita dibuat begitu kuat sehingga pembaca seakan-akan sedang menyaksikan (dan bukannya membaca) kisah itu di depan mata. Yang hebatnya, kemampuan deskripsi psikologis yang begitu mengalir sehingga membuat pembaca seolah-olah menjadi bagian dari kegilaan itu sendiri.
Kehebatan Wally Lamb bercerita dibuktikan lebih nyata saat tiba di halaman 563, di mana tokoh Dominick mulai membaca manuskrip yang ditulis almarhum kakeknya, Domenico Onofrio Tempesta, yang membuat kita membaca 2 cerita dalam 1 novel… dua cerita yang merupakan satu kesatuan, yang membawa kita ke dua dunia yang berbeda namun terasa satu. Sungguh jenius! Alur cerita yang tidak monoton, dimainkan dengan sangat cemerlang oleh Wally.

No comments:
Post a Comment