Kuberitahu satu rahasia padamu, Kawan. Buah paling manis dari berani bermimpi adalah kejadian-kejadian menakjubkan dalam perjalanan menggapainya (Maryamah Karpov, Andrea Hirata, hal 433)



Tuesday, November 23, 2010

In Memoriam...Shan - Part II

Tgl 24 Agustus 2009, tepat 9 tahun Shan yang kukasihi meninggalkan dunia di usia 13 tahun kurang 3 bulan karena penyakit tua. Penyakit tua di usia 13 tahun? Yup, karena Shan adalah seekor anjing yang di usia 13 tahun berarti usia 91 tahun usia manusia (1:7), usia maksimal seekor anjing.

Shan lahir tgl 10 Nop'87, bukan jenis anjing turunan yang wah wah, dia hanya seekor anjing biasa, berukuran sedang (sekitar 10 kg), berbulu hitam putih, makan nasi dengan sayur + lauk seperti kita, bukan Pedigree or something special for dogs. Tapi yang paling wah darinya adalah kesetiaannya. Shan membuktikan padaku bahwa dogs memang human's best friend. Their loyalty, faithfulness is certainly & surely undoubtedly!

Shan merupakan pemberian dari adik Papa, yang diberikan kepada kami sejak Shan baru berusia beberapa hari. Shan merupakan anak ke-4 dari 4 bersaudara (Ying, Hei, Pai, Shan). Abangku memilihnya karena kasihan melihatnya selalu tidak kebagian susu saat disusui ibunya, Wan. Keempat baby dogs itu berebut dan Shan selalu tidak kebagian, tapi tetap mencoba menyusup masuk walau gagal. Abang saya fall in love dengan Shan saat itu juga. Ketika dibawa pulang ke rumah, aku langsung jatuh hati padanya, menyayanginya seperti orang menyayangi jiwanya sendiri.

Pada awalnya Mamaku tidak menyukai Shan karena memang beliau tidak pernah menyetujui kami memelihara hewan di rumah. Hal ini berlangsung beberapa waktu sampai suatu malam, hujan turun dengan derasnya. Shan yang tidur di lt. 3 tempat menjemur pakaian menangis meraung-raung. Shan memang tidak kena hujan namun hujan waktu itu sangat lebat disertai guntur, membuatnya yang masih kategori 'anak-anak' menjadi ketakutan. Aku dan Abang khawatir sekali dan malam itu Mama mengizinkan kami membawanya masuk. Shan dalam keadaan gemetar, shock kalau boleh dibilang. Sejak malam itu dan sampai akhir hayatnya, Shan trauma dengan suara guntur & hujan deras. Namun efek samping yang sangat penting adalah sejak malam itu pula, bermula dari rasa iba dan bersalah, Mama mulai jatuh hati dengan si hitam putih ini….

Jadi sekarang, Shan mendapat limpahan kasih sayang dari kami semua, Papa, Mama, Abang, dan khususnya aku yang paling dekat dengannya, bahkan Shan tidur di kamarku dalam keranjang bulat beralas kain kuning, dengan mainan King Kong kesayangannya, yang diberi nama King King. Kenanganku terhadapnya (bahkan sampai saat ini) bisa membuatku tetap terharu. Setiap aku akan berangkat sekolah (Shan mendampingiku dari aku SMP sampai aku kerja) Shan selalu mengantarkanku sampai di depan rumah. Kebetulan orangtua membuka Kedai Sampah (yang menjual sembako dll), maka Shan akan di bawah, menemani orangtua berjualan sampai aku pulang sekolah. Shan akan segera menyambutku dan menemaniku selama aku di rumah. Kalau aku keluar rumah, Shan akan berada di toko, menjaga toko sambil menungguku pulang. Pokoknya hari-hariku di rumah, pasti Shan akan menemani. Kami senang bermain kejar-kejaran, dia akan berpura-pura menggeram kemudian menggigitku ringan. Juga bermain lempar & tangkap bola atau King King. Atau sekedar berbaring di dekatku ketika aku sedang membaca buku atau mengerjakan tugas sekolah atau belajar.

Yang paling dibenci Shan adalah mandi; ‘penderitaan’ yang harus dilakoninya setiap hari Minggu pagi di tempat menjemur pakaian di lt. 3. Biasanya selesai mandi, dia harus berjemur biar kering dan aku menungguinya di dalam. Setelah sekian waktu, dia akan memulai ritual “kasihani aku dong”, dengan beringsut-ingsut 10 cm setiap gerakan menuju dalam, yang mana kalau kutegur, dia akan mundur hanya 5 cm, sampai akhirnya dia ada di depan pintu, memasukkan hidungnya yang basah di antara kawat pintu, dan memandangku dengan mata yang super sayu, lalu senjata pamungkasnya yaitu bunyi-bunyian mendayu yang dia keluarkan (cukup kecil untuk tidak menjengkelkanku yang sedang membaca namun cukup kuat untuk membuatku iba). Semakin lama dia berbuat begitu, maka biasanya rasa ibaku akan membuatku mencari hair-dryer sehingga bulunya lebih cepat kering dan dia bisa lebih cepat masuk kembali ke dalam.

Shan paling suka makan bakso lembu dan ikan gembung goreng yang dicampurkan ke nasi putihnya. Kalau dia ultah (yup, kami rayakan!) dua menu ini adalah menu wajib. Kalau Shan merasa tidak enak badan, dia akan ke lt. 3 tempat menjemur pakaian, di sana ada dedaunan yang aku sendiri tidak tahu namanya. Dedaunan itu akan dilahapnya dan she'ld soon recover. Aneh, kok dia tahu dedaunan itu bisa jadi obat ya? Back to her traumatic, kalau hujan deras disertai guntur, di dalam kamarku Shan akan sembunyi di kolong tempat tidurku, di sudut paling dalam. Aku akan menariknya keluar dan membiarkannya tidur bersamaku di tempat tidur. Sedekat itu? Yup, I deeply felt she is part of me, flesh & soul.

No comments:

Post a Comment