“Mahakuasa dan maha pengasih berarti Tuhan memiliki kekuasaan yang tidak terbatas dan memiliki kasih yang melimpah,” kata Camerlengo.
“Saya mengerti konsep itu. Hanya saja… seperti ada sebuah kontradiksi,” kata Chartrand.
“Ya, kontradiksi itu menyakitkan. Kelaparan, peperangan, penyakit…” kata Camerlengo.
“Tepat! Banyak hal mengerikan yang terjadi di dunia ini. Tragedi yang terjadi pada manusia seperti membuktikan bahwa Tuhan tidak mungkin memiliki kekuasaan yang tidak terbatas dan sekaligus kasih yang berlimpah. Kalau Dia mencintai kita dan memiliki kekuasaan untuk mengubah situasi seperti ini, Dia akan mencegah penderitaan kita, bukan?” tanya Chartrand.
“Bayangkan kau mempunyai anak lelaki berumur 8 tahun… apakah kau mencintainya?” tanya Camerlengo.
“Tentu saja,” jawab Chartrand.
“Apakah kau akan melakukan apa saja dengan kekuasaanmu untuk mencegah kesengsaraan dalam hidupnya?” tanya Camerlengo.
“Tentu saja,” jawab Chartrand.
“Apakah kau akan membiarkannya bermain papan luncur?” tanya Camerlengo.
“Tentu saja saya akan membiarkannya main papan luncur, tapi saya akan menyuruhnya untuk berhati-hati,” jawab Chartrand.
“Jadi, sebagai ayah, kau akan memberikan nasehat kepadanya dan membiarkannya bermain dan membuat kesalahannya sendiri?” tanya Camerlengo lagi.
“Saya tidak akan terus-menerus membuntutinya dan memanjakannya kalau itu yang Anda maksudkan,” jawab Chartrand.
“Tetapi bagaimana kalau dia jatuh dan lututnya terluka?” tanya Camerlengo.
“Dia akan belajar untuk menjadi lebih berhati-hati,” sahut Chartrand.
Camerlengo tersenyum. “Jadi walaupun kau memiliki kekuasaan untuk ikut campur dan mencegah agar anakmu tidak menderita, kau memilih untuk memperlihatkan cintamu dengan membiarkannya mempelajari kesalahannya sendiri?”

“Tentu saja. Rasa sakit adalah bagian dari bertumbuh. Begitulah kita belajar,” jawab Chartrand.
Camerlengo mengangguk. “Tepat sekali.”
(Diringkas dari Novel” Angels & Demons” – Dan Brown – hal. 428 s/d 430)
No comments:
Post a Comment